Senin, 11 Februari 2013

Think Profit no Loss


Saat banyak teman heboh membicarakan otak kanan yang menyajikan berbagai kelebihan dan keajaibannya, saya sebenarnya selalu bertanya-tanya, apakah benar kita selama ini belum berpikir dengan otak kanan?,  jika memang tidak menggunakan otak kanan, mengapa dalam realitanya kita selalu melihat orang menggunakan bagian kanan, yang kiri bahkan tidak pernah di sebut bahkan tidak hanya ingin dilupakan namun juga ingin dienyahkan.

Seorang teman begitu mengeluhkan kondisi rumah tangganya karena belum juga di karuniai anak, karena kondisi itu menurut dia rumah tangganya belum lengkap dan sempurna alias masih belum bahagia. Bukankah keluhan seperti ini diakibatkan karena selalu berpikir kanan?, oleh  karena pikirannya selalu menuntut keinginan terjadi (baca: berpikir kanan) makanya dia berusaha menendang dan berupaya menyingkirkan kondisi tanpa anak (kiri).

Kita juga selalu menggunakan dan memperhatikan bagian kanan. Contoh saja di waktu makan kita memakai tangan kanan (kecuali kidal), menerima uang pakai tangan kanan, memakai sepatu kanan dulu dan kanan dan kanan, kita selalu melupakan dan berupaya untuk tidak mengingat tangan kiri kita yang setia dan lebih baik karena selalu membantu yang kanan, membersihkan kotoran saat BAB dll. Pikiran kita selalu berkata yang kiri yang negatif.

Karena berpikiran kananlah seorang presiden partai beragama mau terlibat korupsi, karena berpikir kanan pula mertua memaki menantunya karena tidak memberinya uang, dan karena hanya mengandalkan otak kanan pula kalau beruntung tertawa dan kalau merugi sedihnya bukan kepalang.

Dunia pincang

Karena kita selalu menggunakan dan mengutamakan yang kanan, kita tidak menyadari bahwa kita menjalani hidup ini secara tidak utuh alias pincang. Namun karena sudah terbiasa, itu kita anggap wajar adanya.

Seorang teman yang mengalami kerugian besar dan membuat uangnya ludes dalam kesehariannya hanya mengeluh dan mengutuki Tuhan yang katanya tidak adil. Karena ia selalu berpikir kanan, makanya ia selalu menyalahkan kondisi kiri (negatif). Bagi dia dan kita kemiskinan kekurangan dan kerugian adalah negatif dan harus di enyahkan dan di lenyapkan.

Namun jika tangan atau kaki kiri kita yang kita amputasi atau potong, kira2 masihkah kita akan selalu berpikir kanan kanan dan kanan?.

Nah ternyata kita selama ini tidak menyadari bahwa tindakan kita memerangi kemiskinan, kekurangan, kejahatan dan kerugian dll itu mirip dengan kita berupaya memotong tangan atau kaki kiri kita sendiri. Kita tidak pernah mau mencoba untuk belajar mengerti bahwa karena kekurangan kita belajar bertumbuh, karena kemiskinan kita belajar rendah hati dan karena ada kejahatan kita memiliki rasa kasih dan sayang pada sesama serta karena negatif kita bisa melihat yang positif.

Mungkin kita masih belum bisa melupakan sejarah peristiwa tahun 1965, betapa karena kita menganggap bagian kanan (baik) harus melenyapkan bagian kiri (buruk) hingga menyebabkan nyawa ratusan ribu orang melayang.

Bukan positif bukan negatif

Saya tertarik mengutip kata-katanya Lao Tze yang saya ambil dari salah satu status facebook  Bimbel Madani : “Mereka yang mengetahui tidak mengatakan, dan mereka yang mengatakan tidak mengetahui”. Kalimat ini sungguh sangat mencengangkan, membuka mata batin bahwa sejatinya tidak ada yang terpisah. Semua adalah satu kesatuan, hanya saja kita kemudian memisahkannya menjadi dua sisi, siang malam, positif negatif, otak kanan otak kiri, atas bawah, untung rugi, datang pergi  dst...jika kedua sisi tersebut disatukan, maka kita sulit memberi nama dan mengatakannya, makanya yang mengetahui selalu tidak mengatakannya.

Saya teringat pula pesan dari seorang Guru : “ Kalau dirimu ingin bertemu Tuhan (baca : Kebahagiaan, kedamaian, kelimpahan), jangan lupa kata Tuhan harus kamu tambah dengan ke-u-Tuhan”. Utuh yang terdiri kanan dan kiri, laki-laki perempuan, baik buruk, barat timur dst.... Iya kita selama ini memisahkan kata keutuhan dengan hanya menyebut Tuhan saja, yang seakan-akan kita terpisah dan tuhan berada jauh dari kita. Saat laki-laki perempuan menyatu tidak ada sebutan baginya, saat kanan dan kiri menyatu juga sulit kita menyebutnya.

Makanya teman yang mengerti hal ini bergumam pelan: “Betapa kita telah menyimpang dengan berpikir dan berotak kanan?”, dan Siapa bilang saat ini kita sedang menggunakan otak kiri?, Kita sedang berotak kanan, dan celakanya kita juga sedang memerangi otak kiri”.

Kembali pada keutuhan, jadi kalau masih saja melakukan tindakan korupsi, itu berati masih pincang ( baca: hanya ingin kanan). Kalau buka usaha hanya ingin untung, untung dan untung dan Kalau jadi pejabat hanya mau untung untung dan untung, itu artinyahidupnya masih terbelah dan belum bertemu Tuhan (Keutuhan).

Melihat realita yang ada, Kini sudah saatnya kita melampaui kanan dan kiri agar bertemu dengan kedamaian, dan saat mata bertemu dengan keutuhan(Tuhan) yang terlihat semuanya apa adanya, dan yang apa adanya selalu tidak bisa di katakan.