Senin, 19 Desember 2011

Pilih Sukses atau Bahagia?


“Ah...bukan kesuksesan yang sesungguhnya Anda cari, melainkan kebahagiaan”. Demikian ungkapan seorang teman yang hebat, saya termenung mendengarnya.

Tidak bisa disangkal hampir setiap orang ingin merasakan namanya “sukses”.

Alam telah bertutur; “Berada di puncak gunung memang terlihat mempesona dan menawan, berada di lembahnya ternyata juga tak kalah indah dan mempesona”.

Seperti analogi tadi, seorang guru bisa merasakan kebahagiaan ketika mengajar murid-murid di sekolah. Di sisi lain petani yang sehari-hari menanam padi dan jagung di sawah juga bisa merasa bahagia. Kita masing- masing mempunyai jalan sendiri dalam menapaki kehidupan ini, guru tidak pernah iri pada petani begitu pula petani tidak juga menyesal dan iri pada guru.

Masih ingat dengan teori relativitas Einstein?... jika pergi kekamar mandi kita akan merasa dingin, karena suhu lebih rendah dibanding suhu ruangan. tapi ternyata ketika membuka lemari es akan terasa lebih dingin lagi. Kita bisa merasa paling sukses dikampung kita, tapi di waktu yang sama kita bisa juga merasa lebih kecil jika berada di kampung sebelah. Menurut orang lain kita mungkin nampak sangat sukses, sedang menurut penilaian kita sendiri orang lain jauh lebih sukses.

Dari pemikiran tersebut, kita selamanya akan nampak lebih dan nampak kurang di banding yang lainnya. Jadi di mana sukses yang selalu kita elu-elukan selama ini?...di mana keberadaannya?...bukankah itu hanya ada dalam pikiran kita sendiri ??

Dengan kesadaran seperti ini, bukankah yang terus menerus kita cari sebenarnya hanyalah bahagia? Ada yang mengibaratkan ketika kita memburu sukses, seperti kucing yang mengejar ekornya, semakin di buru semakin sulit memperolehnya, tapi ketika berhenti, ekornya juga akan berhenti. Maka akan mudah mendapatkannya.

Mengutip dari ungkapan Neville yang sangat terkenal, “ a Change your feeling a change your destiny”, ini menegaskan bahwa bukan hal-hal diluar yang seharusnya kita kejar, namun sesuatu yang ada di dalam.

Belakangan ini, di toko-toko buku, banyak kita dapati buku-buku motivasi yang berbicara tentang bagaimana membangun kekuatan diri dengan membangunkan kekuatan dari dalam. Kita juga masih ingat dengan buku fenomenal The Secret yang di susul buku-buku serupa lainnya. Mereka membicarakan hal yang hampir sama, yaitu tentang happiness dengan berbagai makna dan sudut pandang.

Mengganti apa yang ada di dalam, yaitu pikiran dan perasaan memerlukan ketekunan dan ketrampilan, sama seperti mengubah tanah liat menjadi emas berlian. Mudah memang membicarakannya dan mengkonsepnya. Saat hal itu terjadi, di saat itulah kita benar-benar mengenali siapa diri kita. Contoh sederhana saja, saat mendapatkan pujian perasaan kita melambung terbang tinggi, namun di saat kita di cela dan di caci bisakah kita tetap melambung dan terbang tinggi?.

Seorang bijak mengatakan: “Untuk bisa berdamai dengan apa yang ada di luar, untuk mampu melihat bahwa hidup menghidupi kita harus di mulai dengan berdamai dengan diri sendiri, berdamai dengan kekurangan-kekurangan kita, baru kedamaian (kesuksesan) akan bisa terbuka”.

Bahagia bisa mengubah segalanya, bahagia menunjukkan Anda sudah sukses, sudah sembuh, dan sudah makmur.

Terapi Qolbu dalam perjalanannya telah bertemu dengan banyak orang yang nampaknya sangat sukses, mereka pada umumnya mengatakan: “Ah yang penting sukses dulu, yang lain gampanglah”. mendahulukan untuk Sukses terlebih dahulu baru kemudian bisa bahagia, kenyataannya setelah semua tercapai, setelah semua nampaknya terpenuhi ada hal yang tidak bisa di lepaskan yaitu derita kemelekatan dan keakuan. Dorongan untuk mengejar ekornya sendiri menyanderanya dalam perburuan tiada henti, ada jurang yang menganga di dalam diri mereka.

Sepertinya mereka ingin berkata bahwa Kesuksesan haus dan lapar akan sebutan positif, kebajikan(baca bahagia) memadukan positif dan negatif menjadi cahaya kehidupan.

Film The Secret dalam endingnya menyampaikan satu kunci, yaitu berbahagialah saat ini. Kebahagiaanlah yang akan menarik kebahagaiaan yang lain. Jadi sukses atau bahagia yang harus kita pilih?....cukuplah bahagia sebab yang lain akan mengikuti.


Kamis, 01 Desember 2011

Manajemen Amarah

Seorang sahabat pernah bercerita kalau dia sangat mengeluhkan hubungannya dengan isterinya. Mulai bangun pagi, jika dia telat bangun maka isterinya langsung pasang muka tidak suka, cemberut hingga berangkat kerja. Sahabat itu bilang: “Saya tiap pagi sarapan kemarahan”.

“Pemarah itu lucu”, lanjut cerita teman itu.

Gimana tidak, ketika seseorang marah ia berusaha menunjuk orang lain yang seharusnya bertanggung jawab. Akan tetapi seperti seseorang yang berdiri di depan cermin, pemarah itu sedang menunjuk dirinya sendiri. Dengan penuh emosi dia menyerang cermin gambarnya sendiri yang jelek dan dianggap buruk. Lucunya pemarah itu tidak tahu bahwa yang diumpat, dicerca adalah dirinya sendiri. Jadi seorang yang sedang marah itu tidak sadar bahwa dia sedang asyik bergulat dengan diri sendiri.

Pemarah kadang-kadang tersadar setelah masuk rumah sakit terkena tekanan darah tinggi, stroke, kanker dan lain-lain.

Menurut sejumlah terapi kepribadian, emosi negatif termasuk amarah harus diekspresikan, namun itu akan sangat membahayakan diri dan orang lain. Konon emosi marah akan hilang jika di pukulkan pada bantal atau mengguyur kepala berulang-ulang dengan air, tapi seperti tanaman yang disirami dan diberi pupuk, emosi negatif (amarah) ternyata semakin membesar dan membakar.

Jalan lain untuk mengobati marah adalah dengan menyadari, mengenali, dan menjadikannya tamu yang terhormat.

Seperti tamu yang datang di rumah kita, jika kita temui dan kita ajak obrol dengan baik dan sopan, maka tamunya menjadi ramah dan sopan juga, akhirnya terjadilah hubungan harmonis yang menjadi cahaya di ruang jiwa, layaknya kabel listrik yang memadukan positif dan negatif menjadi cahaya lampu yang terang berkilau, itulah kebanyakan sahabat pilih yang sudah bosan dengan cara sebelumnya yang menendang bantal, membanting piring dll. Hasilnya amarah menjadi cinta yang berbelas kasih, penyakit menjadi tersembuhkan karena ada hati yang rendah hati, musuh menjadi teman yang sangat menghormati, isteri menjadi tersenyum dan tersenyum.

Pandangan yang semula orang lain yang harusnya bertanggung jawab akhirnya berangsur-angsur bisa disadari dan diambilalih oleh diri sendiri, dan dinyalakan menjadi cahaya kehidupan.

Saat tersadar bahwa amarah adalah emosi yang berbahaya, maka teman saya tidak pernah membalas saat isterinya marah. Dia mulai mengerti bahwa amarah muncul karena dia kekurangan perhatian, cinta dan kurang bahagia. Oleh karena itu dia merangkul amarah isterinya dan menjadikannya tempat untuk berwelas asih. Jadi jika setiap kali bertemu dengan seorang yang sedang marah jadikan momen itu tempat untuk berbelas kasih karena ada yang sedang menderita kekurangan.

Jika sekarang Anda sudah tersadar bahwa marah berarti memarahi diri sendiri, memusuhi diri sendiri, dan menunjukkan kepada orang lain bahwa Anda sedang miskin, sedang menderita, lantas apakah Anda akan marah lagi pada anak buah Anda, apakah Anda akan memarahi Anak anda yang nakal, apakah Anda masih ingin berucap kata-kata kasar dengan segudang nama-nama binatang?....hehehehe....Anda mau menyebut diri Anda sendiri dengan nama-nama binatang....benarkah?...

Jika Anda sampai saat ini masih dikendalikan oleh amarah, berarti Anda sedang memusuhi diri sendiri , entah Anda marah terhadap koruptor, politisi, atau pemerintah, marah terhadap situasi cuaca panas, hujan, terhadap kata-kata orang lain, orang tua Anda, sahabat Anda, atasan Anda, dll....apakah Anda mau menghabiskan seluruh sisa usia Anda untuk terus menyakiti diri Anda sendiri?....

Mudah untuk memeriksanya, coba raba dada sebelah kiri Anda, dengarkan detak jantung Anda, dia akan mengatakan apakah Anda sedang penuh amarah atau sedang tersenyum penuh maaf, jika detaknya normal tenang dan penuh kedamaian maka Anda tidak dipengaruhi amarah, jika detak itu terlalu cepat, keras, cepat-cepatlah memaafkan atas penyebab emosi yang muncul tersebut (baca amarah).

Menarik sekiranya artikel ini kita tutup dengan pernyataan dari Wayne W Dyer yang saya ambil dari statusnya di facebook;

“When you judge another, you do not define them, you define yourself”.

Selasa, 22 November 2011

Menjadikan Kesulitan sebagai Kunci Menggapai Sukses

“Apa yang membuat hidup nampaknya sangat sulit?” Mungkin ini adalah hal yang ditanyakan hampir setiap orang.

Suatu hari seorang teman bercerita, ia kehabisan bensin dalam perjalanan pulang, sementara uang yang ada akan diberikan kepada isterinya untuk kebutuhan besok hari. Dia menepikan motornya dan menangisi hidupnya. “Kenapa Hidupku belum juga berubah?” Lebih jauh dia bertanya: “ Adakah kunci untuk kaya dan makmur tanpa kesulitan dan kekurangan?”

Kawan, hidup itu nampak sulit karena kita selalu merasa lebih tahu bagaimana hidup ini seharusnya menurut versi kita. Mari kita perhatikan dunia ini dengan cara yang berbeda, bisakah kita tahu apa yang sedang terjadi detik ini di kota lain? bisakah kita melihat apa yang terjadi saat ini di belahan bumi lainnya? Kemudian di dalam perut kita, apakah bisa kita melihat proses yang sesungguhnya terjadi?

Kawan, kita memiliki keterbatasan, Jika hidup hanya mengandalkan (sebatas) apa yang kita tahu tentang apa yang paling baik atau paling buruk buat masa depan kita, tentu ini sangat membatasi dan menggelisahkan. Artinya Melihat yang tidak kita ketahui dari keterbatasan.
Kita cenderung membayangkan apa yang kita inginkan terjadi tanpa harus melakukan ini dan itu, karena kita merasa lebih mengetahui bahwa ini nanti pasti begini dan begitu. kita lebih sering sibuk dengan defenisi-defenisi mental kita untuk menilai bagaimana seharusnya sesuatu terjadi agar dikatakan baik oleh diri kita dan orang lain.

Ketika kehabisan bensin, teman saya tadi mengeluh dan menangis, bagaimana kalau perilaku itu di ubah. Kita lakukan sebaliknya, kita tetap mengisi bensin dengan hati gembira dan lapang, meski kita tahu uang itu sebenarnya untuk kebutuhan esok hari. Kita gembira masih bisa sampai tujuan, sebab bukankah apa yang terjadi nanti kita sama-sama tidak tahu.

Pertanyaan yang mungkin muncul dalam benak sebagian orang, “kalau saya harus gembira disaat uang saya habis, bukankah saya sedang menipu diri saya sendiri?”

Kawan, pikiran kita tidak bisa menjangkau keseluruhan, kita hanya tahu sepotong-sepotong saja, dan kita cepat-cepat menarik kesimpulan bahwa itu baik dan ini buruk, sehingga kita juga bereaksi dengan cepat terhadap situasi dan kondisi yang sebenarnya baru kita ketahui sepotong-sepotong tadi. Betapa hal ini sangat membatasi.

Mungkin kita pernah melihat seseorang sangat gembira saat mendapatkan hadiah mobil, tapi tidak berapa lama kemudian dia masuk rumah sakit akibat kecelakaan ketika mengendarai mobil hadiah itu.
Nah, di saat menerima mobil dia begitu senang dan gembiranya, bahkan orang-orang terus berkata betapa beruntungnya dia. Namun setelah kecelakaan itu terjadi, hatinya perih dan berujar “ Andai saya tidak mendapatkan hadiah mobil itu”.

Kita lebih cenderung melihat dan memburu kesenangan dan menolak kesulitan, kita tidak bisa melihat bahwa kesenangan dan kesedihan itu sama dan satu, ibarat dua sisi mata uang, ibarat siang yang mengandung malam. Tidak terpisahkan satu dengan lainnya.
Orang lain mungkin melihat betapa enaknya memiliki mobil, nyaman, tidak kepanasan, tidak kehujanan. Akan tetapi pemilik mobil juga melihat enaknya mengendarai motor, lebih irit, lebih cepat sampai tujuan, apalagi ketika terjebak kemacetan di sepanjang jalur mudik misalnya.

Jadi kawan, jika datang kesulitan lebih baik kita belajar menyetujuinya, sebab dikala kesulitan datang, di saat yang sama kunci untuk tumbuh dan sukses juga di berikan. Sebaliknya jika kita hanya fokus pada kesenangan, kita akan cenderung lari dan menyerah penuh keluhan kala kesulitan datang.

Memang seperti yang sudah sama-sama kita ketahui, membuat konsep tidak sesulit mempraktekannya. ketika ada yang memperlakukan kita dengan semena-mena sementara hati diminta untuk terus tersenyum dan berterimakasih, tentu ini bukan perkara yang mudah. Namun bagi batin yang seimbang tentu tidak sulit melakukannya.

Tertawa di saat gembira memang sangatlah mudah, tapi tersenyum di saat sedih betapa sulitnya. Namun hidup memang mengajari kita untuk mengalami kedua hal itu, entah baik atau buruk (dalam versi kita), senang atau sedih, yang diminta adalah bagaimana kita menyikapinya. bagaimana sikap kita bisa jadi itulah cermin dari kondisi batin kita.


Ada cerita menarik saat saya dan isteri berlebaran ke kota Nganjuk. Ceritanya ada teman yang baru saja pindah dari Bali ingin memulai usaha di kota itu karena merasa tempat sebelumnya tidak memberikan kesuksesan bagi bisnisnya. Baru saja ia tiba dari Bali, belum juga usaha barunya dijalani, rumahnya disatroni pencuri. uang modal usaha , perhiasan, handphone raib seketika.

Mulanya teman tesebut merasa down dan menyesal pindah ke Nganjuk, namun keluarganya mencoba menghibur dan memintanya ikhlas. Beberapa bulan kemudian, tahukah kawan apa yang terjadi ? usaha yang baru dibuka sudah mulai ramai, hasilnya berlipat di luar dugaan, bahkan kini melebihi hasil bulanan dibandingkan bisnisnya di Bali.

Inilah yang dimaksudkan sejak awal. Bahwa cara –cara hidup bekerja kadangkala tidak bisa diterima oleh nalar. Matematika dalam logika manusia jauh berbeda dengan matematika langit. Ketika yang nampak adalah kesulitan dan keburukan, kita bersedih, putus asa, marah. Namun setelah keadaan berubah dan situasi menjadi menggembirakan buru-buru kita menyadari bahwa ada rahasia di balik itu semua. Barulah nalar kita mau menerimanya.

Ingatkah kawan bagaimana wujud ulat sebelum menjadi kupu-kupu? Karena buruknya, ia dijauhi bahkan dibenci. Akan tetapi setelah sang ulat bermetamorfosa dari kepompong menjadi kupu-kupu, semua orang memujanya. Sebab ia adalah simbol kecantikan dan keanggunan.
Kesulitan mulanya juga dialami oleh cincin berlian yang sangat dikagumi keindahannnya. ketika diproses untuk ditempa dan dibentuk, ia harus dipanasi dalam api terlebih dahulu hingga akhinya jadilah cincin berlian yang mengkilau.

Kawan, guru-guru besar telah mengalami hal yang sama. Salah satunya Lihatlah cerita mengharukan dari Nelson Mandela yang harus menjalani kehidupan di dalam penjara selama 27 tahun terlebih dahulu sebelum membawanya menjadi seorang presiden Afrika Selatan.

Seperti sahabat dari Jawa bilang “Minum jamu(baca kesulitan) memang pahit rasanya, namun badan terasa menjadi lebih segar dan sehat(tumbuh sukses) karenanya”.

Seorang guru yang mengetahui rahasia hidup sukses juga pernah mengatakan; “Seandainya kita tahu bahwa hidup di dorong kemajuannya oleh kesulitan dan penderitaan, maka kita akan berdoa untuk diberikan banyak masalah”.


Kesimpulannya, kesediaan kita menerima kesulitan yang datang, sama seperti menerima kunci yang siap di gunakan untuk membuka pintu kesuksesan berikutnya.
Dan pada akhirnya jawaban dari pertanyaan, “Adakah kunci untuk kaya dan makmur tanpa kesulitan dan kekurangan?”... yaitu dengan menyetujui cara-cara hidup menghidupi kita, kita akan bisa melihat bahwa hidup sebenarnya bekerja untuk kita dan terus mendukung kita.

Terima kasih

Salam

Kamis, 10 November 2011

Murnikan Diri Murnikan Hidup

"Memurnikan diri dengan kejujuran, ketulusan dan keikhlasan menjadikan diri seperti air yang jernih dan berkilaukan cahaya".


Di kala hujan seperti saat ini, saya teringat masa 20 tahun yang lalu saat masih di kampung. Di belakang rumah di tengah hujan yang lebat, ada seekor ayam betina sedang berteduh di bawah pohon yang rindang dengan anak-ananknya, sementara di tempat lain yang terbuka ada bebek yang menceburkan diri di genangan air, ia nampak sangat bahagia dengan air hujan yang turun. Terlihat ayam bahagia apa adanya di bawah pohon, sementara bebek juga bahagia apa adanya di genangan air.

Hikmah yang tersirat dalam sketsa ayam dan bebek tadi membisikkan sebuah makna bahwa kebahagiaan akibat perbedaan dan perbandingan itu hanya ilusi dan realitanya tidak nyata. Jika memang ada bahagia karena perbedaan dari perbandingan, maka itu hanya buatan pikiran sendiri yang sebentar kemudian hilang dan menguap berganti kesedihan yang datang. Ini mirip dengan kata seorang guru yang menganalogikan, “jika di ruang tamu sedang bahagia maka di kamar tidur kesedihan sedang menunggu”.

Dalam keseharian, jika ada tetangga yang membeli kendaraan baru, tiba-tiba kita merasa tidak senang, tidak nyaman, di dalam hati kita meratap, “Awas ya ntar aku beli yang lebih wah lagi dari pada mobilmu itu!”.

Jika ada tetangga anaknya bisa masuk sekolah favorit kita merasa tersakiti, iri, dll.

Seringkali kita tidak bisa melihat segala sesuatu apa adanya, kita selalu hidup dalam batin yang terus menilai dan membandingkan. Tidak ada ketulusan dan keikhlasan dalam melihat segala sesuatunya.

Melanjutkan cerita di kampung tadi, dulu di tahun 80-an, seingat saya banyak terdengar tiap pagi orang bernyanyi di kamar mandi seperti burung yang bersiul bersahutan, suasananya lepas, bebas, nampak asli, jujur, dan tulus.

Sekarang di pagi hari masih ada suara kicau burung meski sudah tidak seramai dulu, yang berbeda saat ini warga kampung lebih suka sarapan gosip di TV yang berisi celaan, makian, dan umpatan.

Sudah jarang orang bersiul lepas menikmati pagi sekalipun hanya di kamar mandi.

Orang dulu menjunjung tinggi kejujuran, sekarang yang ada malah ketakutan berbuat jujur. Takut tidak lulus, takut dicela, takut tidak mendapat proyek, takut miskin. Intinya orang jujur takut tidak mendapatkan kesenangan dunia. Ada ungkapan jawa, “Jamane jaman edan, nek ra melu edan ra keduman”. Ironis, guru kepalsuan hidup subur di dalam batin yang terus membandingkan diri dengan orang lainnya, yang pejabat saling berlomba mengumpulkan pundi-pundi kekayaan, sementara para politisi berlomba menarik konstituen dengan berbagai cara.

Teringat di bangku sekolah dulu, para guru ekonomi selalu menekankan ketakutan pada anak didiknya; bahwa jumlah penduduk semakin meningkat sementara persediaan akan kebutuhan semakin menipis. Akan tetapi kenyataan, saat hujan air tidak bertambah, saat kemarau air juga tidak berkurang. Para pengagum logika tidak akan mempercayai pernyataan seperti ini. Namun inilah realitanya, dari mulai sekolah menengah dulu dua puluh tahun lalu hingga saat ini, pengamatan para ahli ekonomi itu tidak pernah terbukti. Bahkan dengan 6 millyar penduduk bumi saat ini, alam tetap kaya dan tidak pernah berbohong dalam memberi nafkah pada penduduknya.

Mari kita belajar dari alam, alam tidak mencuri untuk memberi kita rezeki, alam juga tidak pernah korupsi untuk menumbuhkan padi, jagung dll, alam juga tidak kehabisan air saat menurunkan hujan.

Apa rahasia alam sehingga bisa hidup berkelimpahan dan tidak pernah kekurangan; kejujuran, keihklasan, dan ketulusan itulah yang dilakukan oleh alam semesta. Akankah kita masih ingin berguru pada pikiran yang penuh dengan egois atau pada hidup yang telah menunjukkan bukti dan realitas pada kita selama ini?. Jika kita masih ingin hidup penuh rekayasa, kita masih ingin dikedalikan pikiran, jika kita bisa hidup apa adanya dan seperti alam sebagai guru kita selama ini, bukankah hanya bahagia dan bahagia yang kita dapati seperti manusia- manusia yang menjadi guru agung buktikan selama ini.

Alam semesta selalu berbelas kasih kepada siapapun, itulah cermin dari keikhlasan, kejujuran, dan ketulusan.

Kebanyakan dari kita tidak memperhatikan bahwa ketidakseimbangan dalam berkata, berpikir dan merasa menjadikan tubuh tidak memiliki keseimbangan. Jika selama ini kita mendapatkan informasi bahwa penyakit disebabkan oleh makanan tertentu, nampaknya perlu dilihat lebih jauh bahwa ketidakseimbangan batin dan pikiran adalah sumber penyakit yang sering tidak kita lihat. Pikiran tidak terkendali mengakibatkan batin yang gelisah, dipenuhi prasangka negatif.

Seorang teman pernah mengatakan, inti meditasi yang di katakan oleh para guru sebenarnya ada dalam keikhlasan, kejujuran dan ketulusan yaitu serasinya merasa, berpikir dan bertindak atau berucap. Terkadang dalam hidup yang penuh persaingan dan pergulatan, kita sulit mempraktekkannya. Ikhlas ketika menerima kesenangan dan hadiah pasti mudah dilakukan, akan tapi ikhlas dalam kesedihan dan penderitaan? Jujur saat kaya saja sulit, bagaimana jika jujur saat kita miskin, tentu ini lebih sulit lagi.

Seruling yang ditiup terbuat dari bambu yang di haluskan oleh kejujuran, dilobangi oleh keihklasan dan di tiup dengan ketulusan akan menghasilkan nada-nada jiwa yang mengalun jernih hening dan damai. Seperti air yang sangat jernih dan bening berkilau saat terkena sinar matahari, seperti langit biru yang cerah tanpa awan yang menutupi, mungkin itulah diri yang dihiasi oleh kejujuran, keikhlasan dan ketulusan.

Selasa, 01 November 2011

Berlayar bersama Kehidupan


Saya teringat ketika melakukan perjalanan menuju sebuah telaga di kota Magetan. Jalannya naik turun, banyak tikungan tajam bertepi jurang.

Mirip dengan analogi perjalanan tadi, hidup juga di warnai dengan naik dan turun. Ada saatnya harus berjalan pelan-pelan karena sedang berpapasan dengan kendaraan besar, ada saatnya kita meluncur turun yakni ketika mengalami situasi tanpa mengeluarkan tenaga yang berlebih, saat naik kita harus menekan pedal gas mobil untuk mendapatkan tenaga agar bisa sampai di atas.

Dalam sebuah percakapan di angkringan Jogja, seorang kawan bertanya; “Apa yang bisa membuat hidup kita berjalan mulus tanpa hambatan?”

Hidup yang terasa tidak mulus atau banyak hambatan dikarenakan kita tidak harmonis dengan kehidupan, kita tidak berlayar bersama hidup itu sendiri.

Coba kita bayangkan, saat mengendarai mobil lalu bertemu tikungan, tetapi kita “ngeyel”melaju dengan kecepatan tinggi ,apa bisa berkendara dnga gaya seperti itu? Bisa, tapi selamat? Belum tentu. Kita bisa terjatuh, menabrak pembatas jalan , lalu akan terguling.

Kita ingin cepat-cepat kaya, cepat-cepat berhasil, cepat-cepat terkenal dll, tapi karena kita menolak menyetujui prosedur yang di berikan oleh hidup, maka muncullah hambatan dan masalah. Hidup akhirnya dipenuhi dengan perjuangan yang tiada habis yang penyebabnya karena kita tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan kehidupan.

Meminjam pernyataan Stuart Wilde dalam bukunya yang menyegarkan The Whispering Winds of Change; “Jangan pernah tergesa-gesa. Berjalanlah perlahan-lahan, berbicaralah yang jelas. Jangan pernah emosional dan jangan biarkan orang memanipulasimu....”, sangat dalam, itulah kesan terpancar saat membaca pernyataan Stuart Wilde tersebut. Bagaimana tidak, dalam hidup yang menuntut kita serba cepat dan di penuhi persaingan, kita harus berjalan pelan-pelan dan diminta menikmati hidup. Tapi itulah ironi kehidupan.

Saat kita penuh dengan ketergesaan, terburu-buru, seakan-akan hidup semakin meminta kita untuk terus berlari dan berlari. segala sesuatunya akan penuh kekurangan serta kesulitan. Namun saat kita jalan melambat dan menikmati hidup, ternyata hidup juga seakan-akan ikut melambat, segala sesuatunya terpenuhi dengan mudah dan indah.

Sungguh indah bisa berlayar bersama hidup, kita seperti penumpang kapal yang sangat besar nan mewah mirip Titanic, sementara kehidupan adalah nahkoda sekaligus kapalnya. Sementara kita sedang naik kapal, kita juga menikmati pemandangan laut yang luas, indah dan agung , di iringi alunan musik yang lembut dan mengalun. Indah indah dan indah yang selalu bergumam di hati setiap saat perjalanan ini.

Seorang sahabat bisa merasakan betapa indahnya dan penuh bahagia saat berlayar bersama kehidupan, saat dia membantu mencuci piring isterinya , bekerja menyebarkan brosur sampai memasang spanduk. Dia tersenyum menikmati, seperti analogi perjalanan tadi, di saat jalan turun kita tidak perlu mengeluarkan tenaga berlebih, itulah harmoni kehidupan yang jauh dari beban, keluh kesah, dan kekhawatiran.

Dalam suatu sesi konsultasi di Terapi Qolbu, seorang pengacara yang memiliki kehidupan mapan berkata “Sungguh indah bekerja tanpa ada perasaan tertahan, dan melawan. Seperti menyatu dengan diri sendiri yaitu hidup. Itulah yang saya lakukan di setiap hari”. sejuk sejuk dan dingin saat mendengarnya.

Mengutip pernyataan dari Kahlil Gibran yang termashur; "If you cannot work with love but only with distaste, it is better that you should leave your work". berlayar bersama kehidupan yang terasa hanya sejuk, indah dan indah karena memang yang terpancar kesekeliling hanyalah Cinta dan Cinta.

Kamis, 27 Oktober 2011

Mengenali Cahaya dalam Diri


Di saat malam datang, siangpun pergi entah kemana, bagi yang menapaki jalan ke dalam diri hal itu tidaklah berarti. Laut pasang saat surutpun menghilang, akan tetapi laut tetaplah laut. Yang mengalami pasang dan surut sepertinya hanya dipermukaan. Namun sepasang mata ini berkata itu nyata.

Sejalan dengan tanda alam di atas, memang sepertinya kita lahir hidup dan dewasa kemudian menua akhirnya mati. Sepertinya proses hidup atau sepertinya hidup nampak nyata sebagaimana apa yang di terawang, diraba dan dirasa.

Yang menarik perhatian banyak pencari pencerahan adalah sebuah pertanyaan besar yakni apa yang ada di balik merasa, berpikir, dan bertindak. Bukan main, nyaris semua ajaran religius mengklaim dirinya sebagai yang paling mengenal dan diperbolehkan menghakimi ajaran lainnya salah dan patut di tempatkan di neraka. Bahkan lebih hebat lagi ada yang rela mati dengan bom bunuh diri demi ajaran yang dianggap paling benar.

Ehem... tidak perlu membahas hal itu, kembali pada laut, siapa yang mengalami pasang dan surut. Di ujung belahan bumi lain ada gugur dan semi, ada tanam dan panen, ada panas dan dingin. Bila kita amati dalam dalam dan dalam; alam sudah menuntun kita akan kenyataan yang meminta untuk mengalami hal itu, jadi bukan menghindarinya dengan alasan karena merasa istimewa atau merasa lebih di banding lainnya agar supaya bisa mengenali siapa di balik dualitas ini.

Acara bincang-bincang di televisi kemarin, tamu yang jadi pembicara yang seorang pendaki gunung , berkata; hidup bukan untuk direnungkan melainkan untuk dilakukan. Mungkin ini kata-kata yang luar biasa, tentunya setelah dia mengenali dualitas hidup itu sendiri. Dia mengenalnya secara langsung dengan bertindak mendaki gunung dan banyak gunung. Secara tidak langsung sang pendaki ingin menyampaikan; lampauilah dualitas hidup ini, kita tidak bisa memilih salah satunya, kita tidak akan pernah mengerti makna hidup di tiap renungan akan diri yang dilakukan.

Teringat dengan pernyataan dari Wayne w dyer dalam salah satu statusnya di facebook, dia berkata;I think only about what I can do now. By thinking small, I accomplish great things. Sepertinya hal ini menunjukkan kedalaman akan pencerahan hidup, siapa yang ada di dalam palung laut dia tidak congkak saat pasang dan cemas saat surut, tenang memahami kenyataan hidup akan pengalaman riak-riak gelombang yang pasang dan surut.

Riak-riak gejolak pikiran kesana kemari mengelabuhi diri untuk terus mengalami gagal dan sukses atau sepertinya begitu. Kesulitan kesusahan dan saudara-saudaranya terus menghantam tanpa ampun karena kealpaan diri bahwa semua pengejaran, pergulatan pencariannya hanya bisa di temukan di dalam diri, yaitu saat Cahaya penerimaan dan penyatuan dualitas hidup hadir.

Akhirnya saat dualitas itu satu, seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa ada tanpa sisi lainnya, maka hidup bukan lagi apa yang kita lakukan dan seharusnya kita menjadi apa, melainkan seperti pendaki gunung dia hanya mendaki, seperti ungkapan wayne w dyer diatas dengan hanya melakukan sekecil apapun bisa mengantarkan kita ke hal-hal yang besar, atau sepertinya kita mengetahui saat kita melakukan apa yang bisa kita lakukan, kita melakukan karena tindakan itu adalah tindakan dari keseluruhan alam ini yang memiliki kecerdasan melampaui matematika 1+1=2.

Senin, 17 Oktober 2011

Jinten Hitam (Habbatussauda’ Plus)

Perpaduan antara jinten hitam dengan minyak Zaitun dan pala menghasilkan kwalitas yang sangat baik untuk kesehatan tubuh kita.

Habbatussauda’ plus terbukti sangat membantu;

  • Melancarkan peredaran darah, menurunkan Kolesterol jahat,
  • menyembuhkan jantung, ginjal, menurunkan hipertensi.
  • Tumor Usus besar
  • Kanker payudara
  • Gangguan Prostat dan anti inflamasi
  • Aids
  • Meningkatkan daya ingat, konsentrasi dan kewaspadaan
  • Memperbaiki saluran pencernaan dan anti bakteri
  • Melancarkan air susu ibu
  • Meningkatkan bioaktivitas hormon
  • Menetralkan racun dalam darah
  • Mengatasi gangguan tidur dan stres
  • Menyembuhkan radang sendi

Jinten Hitam (Habbatussauda’ Plus) Assyifa'

Harga Rp. 19.900 (isi 21 kapsul)

Depkes P-IRT NO. 210350701313

*harga belum termasuk ongkos kirim

* gratis ongkos kirim khusus wilayah kota Madiun

Untuk pembelian silahkan menghubungi (0351) 3323326; sms center 081 8081 31333/ 081 335 659 401

Alamat Distributor Jinten Hitam (Habbatussauda’ Plus) Assyifa’ : Jl. Wader no. 10 Madiun; Jl. Manggala mulya gang VI No. 9 Madiun

Jumat, 14 Oktober 2011

Resensi Buku a New Revolution of Success

A NEW REVOLUTION OF SUCCESS
PENULIS : ALI WARINGIN
HARGA : Rp. 50.000 (termasuk ongkos kirim)
UKURAN : 11, 5 X 16,5 CM
TEBAL : 117 HAL
KATEGORI : NONFIKSI/ PENGEMBANGAN DIRI DAN INSPIRATIONAL
ISBN : 979-1243-08-4
SOFTCOVER



"Ketika kita memulai segala sesuatu dan melakukannya dengan tersenyum, maka sebenarnya kita sedang menarik kelimpahan menuju hidup kita, maka tersenyumlah…"
Kebahagiaan, kekayaan, suka cita dan kemudahan dalam segala hal terus menjadi impian setiap orang. Kabar baiknya, ternyata kita tidak perlu bersusah payah untuk mewujudkan impian-impian itu.

Jika saat ini anda merasa  belum bisa mengubah kondisi seperti yang diinginkan, terus merasa kekurangan, selalu diliputi kegagalan…. maka buku ini adalah jawabannya, kawan.
Bila selama ini ada anggapan bahwa kesuksesan merupakan hasil perjuangan keras yang tanpa henti, buku ini akan membalikkan persepsi itu. 

"Menjadi bahagia atau tidak adalah sebuah pilihan. Bahagia itu ada disini, di detik ini, ketika kita bersedia memperhatikan tanda-tanda semesta. Mensyukuri setiap desah nafas yang kita hembuskan, menikmati aroma pagi yang segar, bahkan mensyukuri nikmatnya berjalan dengan kedua kaki ketika banyak saudara kita di luar sana yang sedang terbaring sakit". 

Sebaliknya, ketika keinginan untuk ingin merasa lebih terus mengendalikan kita, selama itu pula kekurangan akan terus mengikuti.

Dengan bahasa yang sederhana buku ini akan menuntun pembaca yang ingin meninggalkan kegagalan dan kekurangan menuju  kelimpahan serta kebahagiaan hidup.

Anda dapat membagikan kebahagiaan dengan memberikan buku ini kepada saudara, teman atau lainnya, jadikan ini hadiah kelahiran Anda yang kedua yaitu kelahiran kelimpahan Anda. 


 Pemesanan buku Hubungi 0351 332 3326/ 081 808131333/ 087 858 241 227

Virgin Coconut Oil (VCO)


Virgin Coconut Oil (VCO) adalah minyak kelapa murni yangdihasilkan dari kelapa segar, dibuat tanpa mengalami pemanasan, serta tanpabahan kimia. VCO mengandung sekitar 50% asam laurat dan 7 % asam kapriat,keduanya merupakan Medium Chain Fatty Acid (Asam lemak rantai sedang/ MCFA).
MCFA, khususnya asam laurat memiliki kemampuan sebagaiantivirus, anti fungi, anti protozoa dan anti bakteri.

Secara umum VCO berfungsi sebagai pencegah maupun obatberbagai macam penyakit yang disebabkan virus, fungi, protozoa, bakteri, faktordegeneratif, dan radikal bebas.

  • Mematikan berbagai virus penyebab mononucleosis, influenza,hepatitis C , cacar air, herpes
  • Mematikan berbagai bakteri penyebab pneumonia, sakit telinga,infeksi tenggorokan, gigi berlubang, keracunan makanan, infeksi salurankencing, meningitis, gonorrhea, luka, dan membantu kerusakan gigi sertamencegah penyakit periodental
  • Mematikan jamur dan ragi penyebab candida, jock itch, kadas,athletes foot, ruam karena keringat dan popok, serta infeksi lainnya
  • Melumpuhkan dan mematikan cacing pita, lice, giardia, danparasit lainnya
  • Menyediakan sumber nutrisi dan energi cepat serta berbagaiantioksodan pelindung
  • Meningkatkan energi dan stamina yang memperbaiki fisik danpenampilan atlet
  • Memperbaiki pencernaan dan penyerapan vitamin serta asamamino yang larut dalam lemak
  • Meperbaiki sekresi insulin dan pendayagunaan glukosa darah
  • Meredakan stres pasa pankreas dan sistem enzim tubuh
  • Meredakan gejala dan resiko diabetes
  • Mengurangi gangguan kesulitan pencernaan dan cystic fibrosis
  • Memperbaiki penyerapan kalsium dan magnesium, sertapertumbuhan tulang dan gigi
  • Mencegah osteoporosis
  • Meredakan gejala penyakit saluran kandung kemih
  • Meredakan penyakit yang berhubungan dengan Chron’s disease,ulteractive colitis, dan bisul perut
  • Mengurangi peradangan kronis dan mencegah darah tinggi
  • Mendukung penyembuhan dan perbaikan jaringan tubuh, dansistem kekebalan tubuh
  • Melindungi tubuh dari kanker payudara, kanker colon, dankanker lainnya
  • Mencegah penyakit jantung, menjaga tingkat kolesterol darah,mencegah kelengketan platelet
  • Melindungi tubuh dari radikal bebas
  • Meredakan gejala kelelahan kronis, mengurangi tekanan darahtinggi (hipertensi)
  • Membantu meredakan epilepsi, gejala psoriasis, eksim,dermatitis
  • Mencegah infeksi topical, melembutkan dan mengencangkankulit, mengendalikan ketombe, Mencegah keriput dan bercak penuaan
  • Meningkatkan vitalitas


Minyak kelapamempunyai sifat-sifat antivirus, anti bakteri, antimikroba, dan anti parasityang mencegah berbagai macam penyakit” (dr. John J Kabara- University Michigan,USA)


Virgin CoconutOil (VCO) Assyifa’
harga Rp. 14.900 (isi 21 kapsul)
Depkes P-IRTNO. 207350701861


*harga belum termasuk ongkos kirim

* gratis ongkos kirim khusus wilayah kota Madiun

Untuk pembelian silahkan menghubungi (0351) 3323326
sms center 0818081 31333/ 081 335 659 401
Alamat Distributor VCO Assyifa’ : Jl.Wader no. 10 Madiun; Jl. Manggala mulya gang VI No. 9 Madiun




Kamis, 13 Oktober 2011

Membersihkan Hati

Seorang teman pernah bercerita tentang sakitnya yang berkepanjangan, berobat kesana kemari tapi tak kunjung sembuh... rasa putus asa, depresi, marah, takut menghantuinya terus menerus... Lantas menyalahkan keadaan, menyalahkan Tuhan, mengutuki nasib.
Mungkin ada diantara kita yang pernah mengalami hal yang sama.
Kawan, yang salah sebenarnya bukanlah penyakit itu, akan tetapi cara kita memandang “sakit” itulah yang perlu diperbaiki. Sebab tanpa disadari, seringkali penyakit datang akibat cara berpikir kita yang negatif, sering marah, memendam kebencian, prasangka, rasa iri, dll.
“Ada segumpal daging yang jika baik segumpal daging itu, maka baiklah seluruh tubuhnya, namun jika segumpal daging itu buruk, maka buruklah seluruh tubuhnya. Ingat, bahwa segumpal daging itu adalah hati (qalbu).”
Maka jika saat ini kita belum bisa sembuh dari penyakit-penyakit berat selama bertahun-tahun, langkah sederhana yang harus dilakukan adalah mencoba untuk membersihkan qalbu kita. Ampuni segala kebencian dalam diri dan mari belajar menerima kehidupan luar biasa yang telah diberikan Tuhan.
“Ingat, untuk bisa sembuh, yang kita butuhkan hanyalah hati yang bersyukur”
Terapi Qolbu
Alamat : Jalan Wader no. 10  Madiun, Jawa Timur
Telp. 0351-3323326 / 081808131333
Buka pagi : 08.00-12.00; sore : 15.00-18.00
Terapis : Ali Waringin (konsultan, penulis, motivator)
Konsultasi Online, kunjungi Facebook : Ali Waringin