Di saat malam datang, siangpun pergi entah kemana, bagi yang menapaki jalan ke dalam diri hal itu tidaklah berarti. Laut pasang saat surutpun menghilang, akan tetapi laut tetaplah laut. Yang mengalami pasang dan surut sepertinya hanya dipermukaan. Namun sepasang mata ini berkata itu nyata.
Sejalan dengan tanda alam di atas, memang sepertinya kita lahir hidup dan dewasa kemudian menua akhirnya mati. Sepertinya proses hidup atau sepertinya hidup nampak nyata sebagaimana apa yang di terawang, diraba dan dirasa.
Yang menarik perhatian banyak pencari pencerahan adalah sebuah pertanyaan besar yakni apa yang ada di balik merasa, berpikir, dan bertindak. Bukan main, nyaris semua ajaran religius mengklaim dirinya sebagai yang paling mengenal dan diperbolehkan menghakimi ajaran lainnya salah dan patut di tempatkan di neraka. Bahkan lebih hebat lagi ada yang rela mati dengan bom bunuh diri demi ajaran yang dianggap paling benar.
Ehem... tidak perlu membahas hal itu, kembali pada laut, siapa yang mengalami pasang dan surut. Di ujung belahan bumi lain ada gugur dan semi, ada tanam dan panen, ada panas dan dingin. Bila kita amati dalam dalam dan dalam; alam sudah menuntun kita akan kenyataan yang meminta untuk mengalami hal itu, jadi bukan menghindarinya dengan alasan karena merasa istimewa atau merasa lebih di banding lainnya agar supaya bisa mengenali siapa di balik dualitas ini.
Acara bincang-bincang di televisi kemarin, tamu yang jadi pembicara yang seorang pendaki gunung , berkata; hidup bukan untuk direnungkan melainkan untuk dilakukan. Mungkin ini kata-kata yang luar biasa, tentunya setelah dia mengenali dualitas hidup itu sendiri. Dia mengenalnya secara langsung dengan bertindak mendaki gunung dan banyak gunung. Secara tidak langsung sang pendaki ingin menyampaikan; lampauilah dualitas hidup ini, kita tidak bisa memilih salah satunya, kita tidak akan pernah mengerti makna hidup di tiap renungan akan diri yang dilakukan.
Teringat dengan pernyataan dari Wayne w dyer dalam salah satu statusnya di facebook, dia berkata; “I think only about what I can do now. By thinking small, I accomplish great things”. Sepertinya hal ini menunjukkan kedalaman akan pencerahan hidup, siapa yang ada di dalam palung laut dia tidak congkak saat pasang dan cemas saat surut, tenang memahami kenyataan hidup akan pengalaman riak-riak gelombang yang pasang dan surut.
Riak-riak gejolak pikiran kesana kemari mengelabuhi diri untuk terus mengalami gagal dan sukses atau sepertinya begitu. Kesulitan kesusahan dan saudara-saudaranya terus menghantam tanpa ampun karena kealpaan diri bahwa semua pengejaran, pergulatan pencariannya hanya bisa di temukan di dalam diri, yaitu saat Cahaya penerimaan dan penyatuan dualitas hidup hadir.
Akhirnya saat dualitas itu satu, seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa ada tanpa sisi lainnya, maka hidup bukan lagi apa yang kita lakukan dan seharusnya kita menjadi apa, melainkan seperti pendaki gunung dia hanya mendaki, seperti ungkapan wayne w dyer diatas dengan hanya melakukan sekecil apapun bisa mengantarkan kita ke hal-hal yang besar, atau sepertinya kita mengetahui saat kita melakukan apa yang bisa kita lakukan, kita melakukan karena tindakan itu adalah tindakan dari keseluruhan alam ini yang memiliki kecerdasan melampaui matematika 1+1=2.